Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kita dan Impian dibatasi Sebuah Usaha


Impian
Kita dan Impian dibatasi Sebuah Usaha


Dulu, waktu saya ngeliat temen lain yang menang lomba, saya pun berusaha untuk mengubah apa yang ada pada diri saya agar bisa menjadi juara. Sekalipun berkali-kali mencoba dan belum berhasil, saya tetap berusaha agar maksimal. Maksimal tidaklah cukup tanpa ada izin dari-Nya.

Lantas ketika berhasil saya raih gelar juara, yang lain memberi komentar dengan meragukan.

"Kok bisa sih kamu? Apa yang kamu lakukan sih bisa gitu?" saya berucah syukur alhamdulillah dan bahagia rasanya.

Dan kali ini saya kembali diingatkan akan mimpi saya, apakah saya sudah berusaha melebihi usaha mereka yang saya irikan. Lebih sukses, lebih bahagia, lebih sering terbit bukunya. Terbersit pikiran merasa kalau mereka lebih encer otaknya, sedang saya apalah ini?

Belum-belum saya sudah menyerah, ya? See ... andai saya mau berlatih seperti giatnya mereka, andai saya mau berusaha lebih keras lagi dibanding mereka. Aih ... saya hanya berkomentar saja tanpa melakukan tidakan apa-apa.


Huft.

Otak beda tipis dengan pisau, pisau yang tajam juga akhirnya akan berkarat kalau tidak pernah digunakan, apalagi otak yang nggak diasah buat mikir?

Maka saya kembalikan niat saya ini untuk menjadi penulis, saya akan berusaha keras untuk menerbitkan buku lagi bukan hanya sekadar bermimpi. Usaha akan tetap menentukan wujud dan hasil bagaimana mimpi kita. Namun doa dan izin-Nya juga hal yang paling penting.

Mungkin saja usaha saya kali ini kurang getol, kurang lebih keras lagi untuk mencapai target impian. Bagaimanapun juga antara Kita dan Impian dibatasi Sebuah Usaha. Bukankah Allah tidak akan membantu kita mengubah nasib kita, tanpa kita bergerak sendiri untuk merubahnya?

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Q. S. Ar-Ra'd 11).

Nah sudah sampai di mana mimpimu terwujud? Yuk raih dan bangkit kembali agar terlaksana.


Salam


4 komentar untuk "Kita dan Impian dibatasi Sebuah Usaha"

  1. Setuju Nyi..otak kalau nggak diasah bisa tumpul kayak pisau ya?

    Saya jadi termotivasi nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Anjar, saya juga ini lagi belum mengasah otak lagi hehehe

      Hapus
  2. barangkali penting juga untuk mengenali apakah kita sebilah pisau, palu, tombak, tongkat atau pedang. jadi tahu betul bagaimana cara menyerang sasaran :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung